Data Diri
Japanese: 守沢 佐藤
Romanji: Morisawa Satou
Tanggal lahir: 12 Juni
Jenis kelamin: laki-laki
Afiliasi: 獅子頭連 (Shishitōren)
Umur: 15
Tinggi badan: 168cm
Golongan darah: O
Penampilan
Tubuhnya pendek, rambut blonde dengan iris mata oranye. Dia menggunakan total sebelas tindikan di wajahnya, diantaranya: empat di telinga kiri, enam di telinga kanan, dan satu di lidahnya. Kadang-kadang, pakai kalung rantai dan kuku-kuku jemarinya diberi pewarna hitam. Dan seiring waktu, ia memutuskan untuk menanggalkan lima dari sebelas tindikannya, sehingga saat ini ia memiliki total enam tindikan; dua di antaranya adalah anting.
Personaliti

Traits: ENTJSi bungsu yang nampak ceria, periang dan loyal. Satō dikenal sebagai si tukang tawuran akibat sifatnya yang mudah marah dan tersinggung; apa-apa diselesailan dengan pukulan—apalagi jika itu menyangkut orang-orang yang ia sayangi. Ia berpikir, bahwa yang terkuat adalah mereka yang bisa menggunakan ototnya untuk berbicara. Maka dari itu, Shishitōren memang cocok untuknya. Di balik kesabarannya yang setipis tisu itu, Satō adalah perencana yang handal, dapat diandalkan dalam setiap situasi karena cepat tanggap, mudah beradaptasi juga murah senyum sekaligus receh, dan juga sangat percaya diri. (Sungguh, jika tengilnya kumat, dia tidak ada bedanya dengan Tomiyama Chōji). Ia jarang menampilkan kesedihannya; yang malah jika dia bersedih, Satō memilih untuk pergi menyendiri di atap bangunan Orion, atau tempat-tempat tinggi lain. Atau jika tidak, adu tinju dengan orang lain bisa menjadi alternatif untuknya. Mudah membaca situasi, namun kadang-kadang sifatnya yang mudah panik, membuatnya cukup tidak peka dengan situasi sekitarnya. Selain tinju, ia juga bisa Kung Fu, akibat terpengaruh oleh sang teman—Suō Hayato.
Serba-serbi
- Sosok yang sangat mengagumi pasangan Chōji-Jō!
- Suka pancake!
- Bisa bermain musik piano, dan bernyanyi
- Biarpun penampilan begini, Satō sangat takut kecoa
Etimologi
Namanya terdiri dari empat kanji, diantaranya:
- Nama keluarga: 守沢: Morisawa; 守 (mori): “menjaga”, dan 沢 (sawa): “aliran”
- Nama pemberian: 佐藤: Satō; 佐 (sa): “pertolongan, asisten", dan 藤 (tou): “bunga wisteria”
JIKA ditilik bagaimana kehidupan keluarganya, Satō adalah satu dari sekian anak yang paling beruntung. Orang tuanya bekerja di suatu bisnis ternama di Jepang dan mancanegara, dua kakak perempuannya yang cantik-cantik dan pintar, ditambah kekayaan keluarganya yang bisa dikatakan tidak akan habis sampai tujuh turunan, membuatnya dicap sebagai anak orang kaya. Bisa dilihat pada pakaian modis dan jumlah tindik pada wajahnya—sudah pasti hanya bisa dimiliki oleh orang-orang berada. Sejak kecil, Satō memang suka sekali berteman dengan siapapun; tanpa memandang status. Saking humble-nya, seringkali ia bisa mentraktir teman-teman sebayanya untuk sekedar pesta kecil atau pertemuan, bahkan kadang tidak sadar bahwa dia hanya dimanfaatkan uangnya saja. Sosoknya terlihat positive vibes, rela berkorban, juga penyayang sesama (terutama hewan).Namun, hidupnya sempat terpuruk karena seekor anjing kesayangannya: Layla, meninggal dunia.

LAYLA menurutnya, bukan hanya seekor anjing biasa, melainkan seorang sahabat sejatinya. Sejak kecil, ia hidup bersama anjingnya di dalam hunian besar nan megah itu, di saat kedua orang tuanya hanya sibuk bekerja dan bertengkar, dua kakaknya juga sibuk bersekolah, berkarir dan sibuk dengan kekasih masing-masing. Bagi Satō, Layla adalah teman bermain, teman curhat, teman tidur(?), bahkan makan berada di satu meja yang sama. Dan pasca kematian Layla, Satō menjadi sangat terpuruk, ditambah satu persatu teman-temannya mulai menunjukkan sifat asli mereka.Kebanyakan dari mereka tidak peduli akan perasaan Satō yang sangat kehilangan sosok ‘sahabatnya’; yang malah diberi dalih: itu, kan, cuma anjing, jangan ditangisin banget, lha!—membuatnya tersinggung dan naik darah. Mudah saja mereka berucap demikian, namun justru anjing itulah teman satu-satunya ia.Mereka terus saja mengejek, bahkan menghina. Belum lagi beberapa fitnah tidak mendasar sebagai si anak yang sakit jiwa, membuat Satō—untuk pertama kalinya, di umurnya yang ke tiga belas—bertengkar dengan mereka. Enam lawan satu, semuanya melayang dan ketakutan, berakhir ia tidak memiliki teman satupun. Mereka bahkan berani menjulukinya dengan: si anak iblis, namun tidak pernah mau berurusan dengan Satō lagi.Kurang lebih dua tahun hidup dalam kesendirian dan keterpurukan, ditambah tidak ada satupun yang mengerti perasaannya, membuat ia seringkali menghindari banyak orang, atau malah kadang orang-orang itu yang menjauhinya. Mudah marah; dan tersinggung, itulah dia saat ini. Sekali saja ada yang membuatnya marah, maka ia tidak segan mengajak mereka berkelahi baik tua maupun muda. Kehidupannya memang sedikit nestapa sebelum Tomiyama Chōji dan Togame Jō menemuinya, dalam keadaan setengah babak belur akibat melawan banyak orang dewasa sekaligus.Mungkin rumor itu benar, bahwa si kecil Morisawa itu sangat kuat, namun ia sangat perasa jika itu menyangkut orang-orang yang ia hargai keberadaannya. Hanya saja, kebanyakan dari mereka salah paham dengan tindakan dan cara berpikirnya yang terlalu idealis.

BERGABUNGLAH ia dengan Shishitōren setelah pertemuan itu, dan kehidupannya perlahan-lahan kembali seperti semula. Ia bertemu dengan banyak teman, orang-orang yang kuat juga menyenangkan, serta semakin menyenangkan pasca Shishitōren dinyatakan berserikat dengan Furin, membuat ia tidak lagi sendirian.Jika Layla masih hidup, ia akan senang hati memperkenalkan ia pada mereka. Namun, sampai saat ini ia belum mau menceritakan kesedihannya terhadap Layla maupun jika pernah memiliki hewan peliharaan. Ia ingin menyimpannya sendiri, entah sampai kapan.SUNGGUH, keinginannya satu: ia ingin dipahami perasaannya.
Relasi
Muncul dalam wujud satu mata yang tertutup penutup mata, sempat membuat Satō kecil enggan untuk menghampiri. Namun, pembawaannya yang lucu dan kadang tidak jelas membuat mereka bisa sedikit lebih akrab. Terakhir bertemu pasca kematian Layla dan bertemu kembali pasca keduanya sudah SMA. Dan saat ini, hanya Suō-lah yang tetap menjadi teman baiknya, biarpun mereka terpisah di sekolah berbeda. Satō, pada akhirnya berpikir: “Kalau tahu Suō-chan ada di Furin, aku akan menuju ke sana!”
TBA